Sintaksis : Pengertian, Objek Kajian dan Perbedaanya
Sintaksis adalah cabang ilmu linguistik yang mengkaji seluk-beluk tata bahasa dalam satuan ujaran. Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Ramlan (2009, hlm. 1) yang mengungkapkan bahwa sintaksis adalah bagian atau cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.
Arti kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani,
yakni Sun yang berarti ‘dengan’, dan tattein yang
artinya ‘menempatkan’. Sehingga secara etimologis dapat disimpulkan bahwa
sintaksis berarti menempatkan kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
Sintaksis juga merupakan kata yang diserap dari bahasa Belanda syntaxis atau syntax dalam
bahas Inggris (Verhaar, 2010, hlm. 10).
Dari kacamata linguistik, sebetulnya sintaksis memiliki
kesamaan kajian dan analisis dengan morfologi. Sintaksis dan morfologi
merupakan tata bahasa. Bedanya, morfologi mengkaji hubungan gramatikal di dalam
kata itu sendiri, sedangkan sintaksis mempelajari hubungan gramatikal di luar
batas kata dalam satuan kalimat.
Pengertian Sintaksis
Menurut Para Ahli
Untuk memastikan definisi
yang tepat sesuai dengan dialog saintifik dari para ahli bahasa, berikut adalah
beberapa pengertian sintaksis menurut para ahli.
Carnie
Carnie (2007) menyatakan
bahwa sintaksis adalah “studies of level of language that lies between words
and the meaning of utterance: sentence”. Artinya, sintaksis merupakan ilmu
bahasa yang mempelajari tentang kata dan makna ujaran dalam sebuah kalimat.
Abdul Chaer
Sintaksis adalah cabang
liguistik yang menyelidiki satuan-satuan kata dan satuan-satuan lain di atas
kata, hubungan satu dengan yang lainnya, serta penyusunan sehingga menjadi
satuan ujaran (Chaer, 2015).
Hocket
Sintaksis adalah proses
perangkaian kata menjadi susunan gramatikal yang membentuk ujaran (Hockett,
1958, hlm. 179).
Objek Kajian
(Satuan) Sintaksis
Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, objek kajian sintaksis menyelimuti frasa, klausa, dan kalimat.
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing objek.
Frasa
Frasa adalah gabungan dua
kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan
kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 2003,
hlm. 222). Mudahnya, frasa adalah gabungan kata yang tidak memiliki predikat
(P). Agar lebih jelas, perhatikan contoh-contoh berikut.
Frasa |
Non Frasa |
pisang goreng rumah
besar bayi
sehat ayam
hitam saya |
pisang digoreng rumah
itu besar bayi
ibu sehat ayam
saya hitam |
Satuan ayam
hitam saya adalah frasa karena tidak ada keterlibatan predikat di
dalamnya. Ayam hitam menjadi gabungan kata yang seakan
menjadi satu. Sementara itu, ayam saya hitam memberikan
keterkaitan predikatif antar keduanya, yakni: ayam saya (berwarna)
hitam.
Klausa
Klausa adalah satuan
sintaksis yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung unsur predikat
(Alwi dkk., 2010 ,hlm. 313). Contohnya telah dibahas di atas, dapat
berupa: pisang digoreng, rumah itu besar, bayi ibu sehat, ayam saya
hitam. Boleh dibilang klausa merupakan kebalikan dari frasa.
Sejalan
dengan pendapat di atas, Ramlan (2009, hlm. 8 dalam Dhanawaty dkk., 2017, hlm.
73) Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas predikat (P), baik disertai
oleh subjek (S), objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (Ket.) maupun
tidak.
Kalimat
Kalimat adalah suatu ujaran
yang mengungkapkan suatu konsep pikiran atau perasaan yang utuh. Satuan bahasa
ini secara relatif dapat berdiri sendiri atau terdiri dari beberapa klausa yang
membentuknya. Kalimat memiliki pola intonasi yang tuntas dalam mengungkapkan
suatu ide.
Ramlan (2009, hlm. 23) berpendapat bahwa kalimat ialah
satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir
turun atau naik. Lebih lanjut, Ramlan mengatakan bahwa yang menentukan satuan
kalimat bukan banyaknya kata yang menjadi unsurnya, melainkan intonasi kalimat.
Kalimat
adalah satuan gramatika atau suatu ujaran yang memiliki kontur intonasi akhir.
Konstituennya adalah klausa, penanda hubungan, serta pola-pola intonasi.
Sehingga, salah satu yang menjadi ciri utama dari kalimat adalah adanya pola-pola
intonasi final yang dapat berupa pertanyaan maupun pernyataan.
Perbedaan Klausa dan Kalimat
Dapat disimpulkan bahwa yang
membedakan klausa dan kalimat adalah pada intonasi akhir, contohnya jika klausa
adalah: “pisang digoreng” maka kalimat dapat berupa: “pisang itu digoreng
supaya matang”. Ya, klausa dapat disebut pula sebagai suatu kalimat jika
memiliki intonasi final. Selain itu, kalimat juga memiliki ide atau gagasan
utuh yang dapat membuatnya berdiri sendiri. Sementara itu, klausa tidak memilikinya.
Keduanya dapat saling tumpang tindih satu sama lain
layaknya morfem dan kata dalam morfologi. Pada hakikatnya, klausa adalah satuan
yang lebih kecil dari kalimat, namun lebih besar dari frasa. Pembagian satuan
ini dilakukan untuk mempermudah dan memperuncing analisis sintaksis. Untuk
lebih jelasnya, berikut adalah contoh perbedaan antara klausa dan kalimat.
Klausa |
Kalimat |
pisang digoreng rumah
itu besar bayi
sehat ayam
hitam saya |
pisang itu digoreng
supaya matang. rumah
itu besar sekali ya? bayi
ibu sehat karena telah dirawat dengan baik. ayam
saya warnanya hitam sekali ya? |
Comments
Post a Comment